Oleh:
AHMAD CHAIRI
080305012
KELOMPOK: BUAH
KOMODITI: JAMBU METE
PENDAHULUAN
Jambu mete (anacardium occidentale I) merupakan komoditi pengembangan di Indonesia. Tetapi karena manfaat gandanya semakin banyak diminati, sehingga perluasan budidaya cepat berkembang. Semua bagian dari buah jambu mete dapat dimanfaatkan sebagai penghasil sirup, anggur, manisan dan abon mete.
Bijinya jadi kacang mete yang gurih dan lezat, minyaknya yang disebut cashew but shell liquid digunakan sebagai bahan baku industri plastik, cat, bahan anti karat, isolasi listrik dan sebagai bahan campuran hardboard. Disamping itu dapat digunakan sebagai tanaman penghijauan dan untuk rehabilitasi tanah kritis.
Jambu mete dapat tumbuh pada ketinggian 0-700 m dpl. Curah hujan 1000-2000 mm / tahun dengan 4-6 bulan merupaka musim kering berturut–turut dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan. Kelembaban nisbi 60-89% dan kisaran temperatur 15-35%. Jenis tanah latosol, tanah lempung berpasir-pasir dengan kedalaman cukup (>1-3 m), gembur dan tanpa lapisan cadas. Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman yang mampu hidup baik pada lahan marginal beriklim kering seperti di daerah Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Tanaman ini diperkenalkan pertama kali di Desa Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 1922 oleh seorang pamong desa. Lama kelamaan tanaman ini menyebar luas di daerah menggunakan bahan tanaman dari pohon induk di Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul. tersebut seiring dukungan dari program pemerintah dalam membangun subsektor perkebunan yang memberi tekanan pada pengembangan tanaman jambu mete. Masyarakat di DI Yogyakarta dalam mengembangkan tanaman jambu mete kebanyakan Secara umum buah jambu mete mempunyai manfaat seperti : buah semu dapat dipergunakan untuk abon dan makanan ternak golongan ruminansia, biji sebagai kacang mete dan kulit biji dapat menghasilkan ”Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)” suatu minyak yang dapat dipergunakan sebagai pelumas mesin jet, kosmetik dan lainnya.
Bijinya jadi kacang mete yang gurih dan lezat, minyaknya yang disebut cashew but shell liquid digunakan sebagai bahan baku industri plastik, cat, bahan anti karat, isolasi listrik dan sebagai bahan campuran hardboard. Disamping itu dapat digunakan sebagai tanaman penghijauan dan untuk rehabilitasi tanah kritis.
Jambu mete dapat tumbuh pada ketinggian 0-700 m dpl. Curah hujan 1000-2000 mm / tahun dengan 4-6 bulan merupaka musim kering berturut–turut dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan. Kelembaban nisbi 60-89% dan kisaran temperatur 15-35%. Jenis tanah latosol, tanah lempung berpasir-pasir dengan kedalaman cukup (>1-3 m), gembur dan tanpa lapisan cadas. Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman yang mampu hidup baik pada lahan marginal beriklim kering seperti di daerah Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Tanaman ini diperkenalkan pertama kali di Desa Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 1922 oleh seorang pamong desa. Lama kelamaan tanaman ini menyebar luas di daerah menggunakan bahan tanaman dari pohon induk di Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul. tersebut seiring dukungan dari program pemerintah dalam membangun subsektor perkebunan yang memberi tekanan pada pengembangan tanaman jambu mete. Masyarakat di DI Yogyakarta dalam mengembangkan tanaman jambu mete kebanyakan Secara umum buah jambu mete mempunyai manfaat seperti : buah semu dapat dipergunakan untuk abon dan makanan ternak golongan ruminansia, biji sebagai kacang mete dan kulit biji dapat menghasilkan ”Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)” suatu minyak yang dapat dipergunakan sebagai pelumas mesin jet, kosmetik dan lainnya.
BAHAN
- Buah Jambu Mete
- Gula Pasir
- Asam Sitrat
- Natrium Benzoat
- Larutan NaCl 2%.
ALAT
- Pisau Srainless Steel
- Talenan
- Ember
- Baskom
- Blender
- Kain Saring
- Corong
- Botol
- Sendok Pengaduk
- Kompor
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buah semu jambu mete yang masak ( 1 kg = 25 – 30 buah ) dicuci dan dipilih yang baik, yang tidak cacat dan masih segar.
2. Buah dibelah 4 bagian kemudian direndam dalam larutan garam dapur ( NaCl) 2 % selama 24 jam. Larutan garam 2 % dibuat dengan melarutkan 20 gram dapur ( ± 6 sendok teh garam ) dalam 1 liter air.
3. Buah hasil rendaman diangkat, dicuci dengan air kemudian ditiriskan.
4. Buah kemudian dikukus selama 20 menit, dan dibiarkan sampai dingin;
5. Selanjutnya buah dipres ( dikempa) dengan alat pengempa atau jika tidak ada alat pengempa, buah dibungkus dengan kain saring dan diperas dengan tangan sebagian besar terperas keluar;
6. Cairan sari buah ditampung dalam wadah ( baskom plastik ), ampas sisa perasan digunakan digunakan untuk bahan pembuat abon mete;
7. Cairan sari buah disaring;
8. Cairan sari buah ditambahkan serbuk gelatin 2 gram, dipanaskan sepuluh menit sambil diaduk, galatin berfungsi untuk mengikat kotoran halus yang kemudian menggumpal dan diendapkan.
9. Cairan disaring untuk memisahkan endapan kotoran dari sari buah jernih;
10. Sari buah jernih ditambahkan gula pasir 650 - 700 gram, serbuk asam sitrat 3 gram ( atau sari buah jeruk nipis 4 butir) dapat ditambah bahan pengawet Natriun benzoat 1 gram. Sari buah dipanaskan sambil diaduk 15 – 20 menit untuk melarutkan gula dan bahan lainnya.
11. Sebelum dimasukan kedalam botol, terlebih dahulu botol dibersihkan lalu sirup dimasukan kedalam botol. Dan botol ditutup rapat.
12. Selanjurnya sirup yang sudaj dimasukan kedalam botol dipasteurisasi dengan mnggunakabn suhu 60-70 derajat celcius. Tujuannya untuk mematikan mikroba-mikroba yang bersifat pathogen.
13. Setelah dingin sirup diberi label dan siap untuk dipasarkan serta dikonsumi.
BAGAN ALUR PROSES
DAFTAR PUSTAKA
http://paknewulan.wordpress.com., 2009. Pengolahan-Sirup-Buah-Jambu-Mete.
(4 Oktober 2010).
Helena Setyawati. K., 1979. Pemanfaatan Buah Semu Jambu Mete. Fateta, IPA,
Bogor.
Sumangat, D. 1992. Teknologi Pasca Panen Jambu Mete di Indonesia, temu
tugas dalam aplikasi teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar